Selasa, 17 Juni 2014

Ketika Musikmu Adalah Deritaku

Musik bagi sebagian orang dapat digunakan sebagai sarana penghibur diri, pencari inspirasi, penenang jiwa, pengembali mood yang hilang dan lain sebagainya. Kalau membahas musik pasti banyak yang setuju bahwa kadang dengan musik kita tau karakter orang itu seperti apa. Yang suka Jazz dia merasa berkelas, yang suka Dangdud koplo pasti senengnya kumpul dikeramaian, orgen tunggal saja pasti dia joged haha.... itu sebagian kecil, bagian yang besar silahkan definisikan sendiri sesukamu, silahkan monggo rabayar kok. Tapi bagaimana jika musik malah menjadi sumber derita, membikin perut mual, mata berkunang-kunang, bibir pecah-pecah dan susah buang air besar... ah itu gampang mas.. minum saja larutan penyegar. haha..

Tinggal ngekost dengan banyak macam karakter orang memang dituntut banyak sekali toleransi, tepo seliro, tenggang rasa. Tapi apa jadinya jika aturan yang tak tertulis itu dihianati dengan pelanggaran yang diluar toleransi? Wah ini namanya penghianatan terhadap konstitusi dalam bertetangga, harus diberantas, dilibas dan dihancurkan, yah itu hanya berani kulakukan ditulisan ini saja... huh!!!! ampunkan aku yang lemah ini hahaha..

Tulisan ini tercetus dari kejadian yang kualami sendiri, yah memang paling enak menulis kebenaran yang setidaknya sumbernya adalah diri kita. soalnya dalam menulis kita bisa seolah olah menjadi orang yang benar sendiri, yang lain salah, dan akulah orang yang paling bijak di muka bumi ini... hahaha (acting congkak). Pulang kerja sehabis lembur sampai larut adalah istirahat di kost, tidur nyenyak agar besoknya seger untuk memulai aktifitas kerja lagi. Namun kejadian semalam adalah diluar angan angan yang indah itu.

Malam sudah hampir mendekati tengah malam, soalnya sudah jam setengah sebelas malam dikantor tinggal berdua saja dengan boss. saat itu juga hujan, mau pulang kehambat hujan, setelah hujan reda barulah pulang karena kost juga sangat dekat dari kantor. Dengan badan letih berjalan gontai menuju kost, pas masuk gerbang kost sudah sepi, naik kelantai atas terdengar musik dengan lantunan tembang lawas macam nike ardila, poppy mercuri, nafa urbach (ngeriii.. semua sudah almarhum), ada juga ella, nicky astria, inka cristy, semuanya artis lawas, tetangga kostku ini memang hobi tembang lawas, walau dalam list lagu yang dia putar ada juga kotak, fatin, judika, raisa, tapi lagu yang diputer itu itu saja, sampai hapal aku urutannya.

Begitu masuk lorong, musiknya ini ternyata cukup keras, apalagi kamarnya sebelahan persis dengan kamar kostku. dan kulihat kamarnya kuncinan gembok, berarti tidak ditempat orang ini... bajigur!!!! kampret!!! ini musik auto play, sampai pagi nih kemungkinan. aku langsung membuka pintu dan masuk kamar, hilang sudah angan-angan untuk langsung bisa tidur dan beristirahat dengan tenang.

Karena badan memang sudah letih, kucoba rebahan saja siapa tau bisa tidur, tapi ternyata tidak bisa juga, malah kepala semakin pusing, suara lantunan lagu yang biasanya merdu malah bagaikan tusukan ribuan jarum menusuk gendang telingaku. Kalau aku punya cangkang kaya kura-kura sudah masuk aku kedalam cangkang itu, biar kusendiri dalam sepi pengen tidur sampai pagi. Tapi ternyata hayalanku tidak membantu juga, dan siksaan itu belum reda juga, wis jan bener-bener Bajigur ini. untunglah penderitaan ini tidak berlangsung lama, sekitar satu setengah jam kemudian yang empunya kamar pulang dan segera mematikan musiknya. Alhamdulillah... bisa tidur.

Penggalan kisah ini hanya sebagai instropeksi diri juga, bahwa dalam bertetangga aturan tak tertulis ini sangat perlu kita jaga, kalau kita tidak peka mungkin suatu saat kita bukan menjadi korban, tetapi pelaku pelanggaran norma bertetangga ini. Semoga kita menjadi orang yang bisa menghargai toleransi, tepo seliro dan tenggang rasa, aamin. Waspadalah... waspadalah... waspadalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar