Rabu, 18 Juni 2014

Kesetiaan Bathok Kelapa

Bathok dalam bahasa jawa atau tempurung kelapa kalau dikota hanya dianggap sampah saja, pun begitu didesa, tempurung kelapa ini sekarang juga sudah menjadi sampah saja. dahulu sebelum ada gas, tempurung kelapa bisa dijadikan bahan bakar untuk memasak seperti kayu, bahkan arang kelapa lebih bagus nyala apinya ketimbang arang kayu biasa. Bahkan jaman dahulu bathok kelapa bisa digunakan sebagai alat takar beras, jagung, kedelai, alat takar ini biasa disebut beruk. bisa juga dibuat gayung atau siwur. dibuat untuk enthong, gelas penjual jamu dan lain lainlah pokoknya. Banyak sekali manfaat dari bathok kelapa pada jaman dulu, tapi sekarang setelah orang mengenal biji plastik, pengrajin tempurung kelapa semakin sedikit. selain membuatnya susah, harganya juga murah, biasa.. pada diganti menjadi plastik semua. wis kalau mau lihat hasil kerajinan tempurung kelapa googling saja deh, wis akeh.. mberuh kata orang pati jawa tengah. mbludag saking banyaknya.

Cerita kali ini tidak membahas tempurung kelapa itu mau dijadikan apa, karena sudah banyak sekali blog yang bercerita tentang  merubah sampah tempurung kelapa menjadi barang yang berguna atau kerajinan tangan yang bisa digunakan untuk hiasan rumah. Tapi saya akan menceritakan tentang kesetiaan bapak saya. Lho apa hubungannya batkok kelapa dengan kesetiaan bapak saya??? Bapak saya ini orang yang sangat setia dan sangat mencintai keluarganya, sampai apapun dikerjakan untuk keluarganya. dan kesetiaan bapak itu berlaku juga kepada semua barang yang menjadi miliknya, entah itu sepatu, sandal, baju, motor, mobil, burung, wis semua yang merasa itu milik bapak maka bapak akan mencintainya dengan sepenuh hati. pokoknya ora kui mending ora.

Cerita ini sudah lama banget (haha blog masa lalu, ceritane lawas kabeh), wong waktu itu aku masih kuliah kejadiannya. Jadi pagi itu diwarung baksonya bapak dan yang menjadi rumah tempat tinggal, aktifitas sehari hari itu sama saja, pagi aku ngepel warung, bapak biasa nyuci dandang bakso, ibu pergi kepasar untuk membeli bahan bakso dan perlengkapan lainnya untuk dijual. Tapi pagi itu agak beda dari biasanya, bapak mendapat pesenan membuat es puter, karena aslinya dulu bapak kan penjual es puter keliling, maka kegiatan mencuci dandang agak ditinggal. aku juga disuruh membantu muter es, wong kuliah siang jadi pagi nganggur. tapi pagi itu terlihat semua orang sangat repot sendiri pokoknya.

Kegiatan ibu tetep pergi kepasar, biasanya setelah pulang dari pasar belanjaan langsung dipisah sesuai posnya, sawi sendiri, adonan bakso sendiri, bapak biasanya membuat bakso itu setiap hari makanya sebelum ibu pulang dari pasar, dandang harus sudah dicuci. karena ngepel sudah kuselesaikan sekarang aku bantu bapak membuat es puter, terus bapak ngomong sama aku "ko iki puter dobel bapak tak ngumbah dandang" (ko kamu putar dobel bapak mau nyuci dandang). langsung saja aku muter doubel esnya dan bapak langsung beranjak untuk mencuci dandang. setelah dandang diangkat ditepat cucian bapak malah muter-muter keliling kaya orang bingung terus tidak segera mencuci dandang. tak lihatin semakin serius wajahnya, tak tanya akhirnya.

A : "goleki opo to pak?" (nyari apa pak?).
B : " koe weruh batok sing biasane ora?" (km lihat batok yang biasanya)
A : "Lha biasane yo ono kono pak." (lha biasanya disitu pak)
B : "Ora ono, mesti ibumu iki" (tidak ada, pasti ibumu ini)
A : "Lha mbok nganggo siwur kui wae to pak opo bathok iki yo ono" (coba pakai gayung atau batok lain pak)

aku mencoba menyarankan, tapi bapak diam saja dan masih tampak sibuk mencari "bathoknya" yang hilang, dan wajahnya masih tampak serius banget.
Sampai ibu pulang bapak masih mencari "bathoknya" yang hilang, dan ibu melihat dandang kok belum dicuci. tapi sebelum ibu ngomong apa-apa bapak mendahului dengan pertanyaan yang langsung to the point.

B : "Bathok-ku mbo guwak bu?" (bathok-ku kamu buang bu?)
I : "Bathok opo to pak, lha iki akeh bathok?" (bathok apa to pak lha ini banyak bathok)
B : "Ora bathok sing iki sing biasane" (bukan batok yang ini, yang biasanya)
I : "Bathok kan podo wae iki malah apik" (bathok kan sama saja yang ini malah bagus)
B : "Ora, mesti mbok buang bathok-ku" (tidak, mesti dibuang batok-ku)
I : "Embuh pak, aku mau ngresiki sah-sahan batok elek elek tak buang kali" (tidak tau pak, tadi aku membersihkan cucian bathok yang jelek-jelek aku buang kekali.)

setelah mendengar jawaban ibu, tanpa banyak bicara bapak langsung pergi saja, aku tidak tau kemana perginya. tapi tau tau bapak bawa tangga bambu meminjam tetangga, wah buat apa tuh tangga pikirku. ternyata bapak langsung meletakkan tangga untuk turun kekali mencari "bathoknya" yang hilang. dan ketemu. sesaat aku sama ibu saling pandang dan diam saja, setelah mengembalikan tangga bapak kembali kerumah dan langsung ngomong, "yen dudu duweke ojo buang sembarangan" (kalau bukan punyanya jangan buang sembarangan). "suk neh omong yen arep buang bathok" (besok lagi bilang kalau mau buang bathok)

setelah kejadian itu bapak langsung nyuci dandang seperti biasa, aku meneruskan saja muter es. penasaran dengan "bathoknya" bapak, setelah aku selesai muter es aku bertanya sama ibu.

A : "ndi to buk bathoke bapak?" (mana bu batoknya bapak)
I : "Lha iki wong bathok elek ngene digoleki tekan kali" (lha ini batik jelek dicari kekali)

yah menurutku sih memang jelek, tapi tidak tau bapak kok bisa tergila gila dengan bathok itu, wis jan bapak ku yang setia. semua hanya rahasia bapak yang tau. oh seandainya para koruptor itu memiliki kesetiaan seperti bapak untuk tidak melakukan korupsi bangsa ini mungkin sudah menjadi bangsa yang makmur adil merata. haha ranyambung, sik penting ngayal

menilai sesuatu barang memang tidak bisa dilihat hanya dari bentuknya, kita tidak akan tau sejarah barang atau apapun bagi seseorang sehingga barang tersebut menjadi sangat bernilai bagi seseorang. Seperti halnya pasangan hidup, saat kita memilihnya pasti ada sesuatu yang istimewa di dirinya sehingga kita memilihnya untuk mendampingi kita, tentunya kita tidak asal comot untuk kita pilih, apapun itu hanya kita yang tau. Kesetiaan yang di pertontonkan oleh bapak cukup sederhana, hanya sebuah bathok, tapi nilai yang terkandung didalamnya menurutku luar biasa, maturnuwun pak memberi contoh kesetiaan gratis tanpa dengan banyak kata, tapi langsung dengan tindakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar