Entah mengapa aku bisa terpesat ke ibukota Jakarta, yah kota metropolitan kebanggan bangsa Indonesia. Memang takdir sering kali berbanding terbalik dengan keinginan. Jauh sebelum aku ke Jakarta, dalam benakku tidak pernah terlintas untuk tinggal bersemayam dikota yang sudah penuh sesak dengan manusia dari berbagai daerah di Indonesia ini. Berbagai alasan aku kemukakan untuk menolak tinggal dikota ini, tapi yah lagi-lagi alasan ekonomilah yang membuat aku terpesat sampai disini. Demi menyambung hidup aku terima tawaran dari sahabatku masa kecil untuk membantunya bekerja diperusahaan dimana dia bernaung. Ya dialah sahabatku, yang selalu memikirkan keadaanku. Benar-benar seorang sahabat bagiku.
aku dan sahabat saat touring bersama |
Tahun 2012 yang lalu sahabatku ini tiba tiba menghubungiku via SMS dia memintaku mengirimkan CV (curriculum vitae) atau daftar riwayat hidup serta Photo, seperti gayung bersambut, pada saat itu memang aku lagi butuh pekerjaan, kerjaku saat itu hanya serabutan, dua tahun menikah aku tanpa pekerjaan. Saat itu aku ingat sekali pulang dari mengantar kerja istri aku tak langsung pulang kerumah, tapi mampir ketempat bulik di kaligawe sawah besar semarang saat sahabatku ini mengirim SMS. Setelah kubaca isi pesannya tanpa pikir panjang aku langsung pulang untuk mengirim email kelengkapan yang diminta sahabatku ini. Setelah dia baca emailku tak berapa lama langsung dia menelponku, katanya besok aku langsung diminta kejakarta untuk interview. "wah cepat banget responnya pikirku".
Singkat cerita keterimalah aku bekerja di jakarta, atas jasa sahabatku ini, walau semuanya adalah takdir bahwa aku harus bekerja dijakarta, 12 Mei 2012 aku datang di jakarta dengan menumpang bus. Hari minggu dijakarta, orang kampung dikota besar. Dijakrta aku tidak memiliki saudara seorangpun, sahabatku ini ternyata juga sudah diproyek malaysia. Aku seorang diri, sendiri dan sepi itu yang pertama kurasakan dikota besar ini.
Jakarta memang miniatur Indonesia, bukan karena Taman Mini Indonesia Indah ada di Jakarta, namun hal ini dikarenakan banyak suku bangsa di Indonesia mewakili daerahnya untuk kejakarta, kebanyakan alasannya sama denganku, alasan ekonomi. Begitu pula ditempatku bekerja ini, banyak kutemui berbagai suku yang ada diIndonesia berada satu atap, mereka melupakan ego daerah sama sama perantauan adalah saudara. Hal ini seakan membukakan mataku yang selama ini hanya berada diseputaran jawatengah dan semarang saja. maklum wong ndeso. Ini membukakan wawasan bahwa selama ini aku bagaikan katak dibawah tempurung saja.
Kini Setelah 2 tahun 2 bulan 18 hari dijakarta, aku merasa cukup untuk kembali pulang ke Semarang, terimakasih sahabatku, tanpa bantuanmu selama ini mungkin aku sedikit banyak tidak akan seperti sekarang. Maafkan aku jika tak mampu memenuhi ekspektasimu, inilah aku yang akan selalu menganggap kamu sebagai sahabatku. Saat ini aku kembali kesemarang, namun aku tak tau jika nanti takdir mengatakan lain.
Kupersembahkan untuk seorang Sahabat.
Menghitung mundur empat hari menjelang pulang dari perantauan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar