Jumat, 18 Juli 2014

Pengalaman Menunggu Istri Melahirkan

Saat menghapus pesan pesan lama di telephon genggam tanpa sengaja membaca pesan dari teman yang dulu mereplay pesanku saat aku kabari bahwa anak pertamaku sudah lahir. Jadi ingat dengan bagaimana rasanya saat itu menunggu detik detik lahirnya anak pertama, dan mendengar derita istri kesakitan saat kontraksi mau melahirkan, sungguh pengalaman yang sangat berharga yang tidak dapat ditukar dengan apapun. sehingga tidak ada salahnya dishare disini, bagaimana nanti jika ada pembaca blog ini saat istri mau melahirkan sudah benar-benar siap dan siaga serta tidak panik.

Hari rabu tanggal 24 November 2010, itu hari terakhir istriku bekerja, karena untuk tiga bulan berikutnya dia ambil cuti melahirkan, bukan cuti hamil lho ya, soalnya kalau cuti hamil pasti sejak pertama kali hamil istriku sudah mengambil cuti. Sore itu dari menjemput istri langsung tak ajak periksa ke dokter kandungan, Dokter Soleh Kosim di Rumah sakit bersalin Ibu dan anak manyaran. Biasa lah konsultasi soal kandungan dan memastikan HPL (Hari perkiraan Lahir), karena perkiraan lahir masih seminggu lagi, makanya istri mengambil cuti seminggu sebelum HPL. Kata dokter bayinya sudah mapan kemungkinan tidak akan mundur dari HPL. Dokter meyarankan jalan-jalan pagi biar saat melahirkan gampang katanya.

Sesampainya dirumah istri langsung istirahat, keesokan harinya belum sempat jalan jalan, tapi hari itu istri mengajak menyiapkan tas yang diisi perlengkapan melahirkan jika sewaktu waktu tiba saat melahirkan tinggal berangkat saja. Istriku ini termasuk wanita yang teliti dan selalu menyiapkan segala sesuatu dengan dasar nurut kata orang, jadi didalam tas yang disiapkan untuk dibawa ke rumah sakit itu sudah diisi peralatan ibu melahirkan seperti baju ganti, pembalut wanita, stagen, gurita untuk ibu, juga peralatan untuk bayi seperti gurita bayi, popok, botol susu, selendang untuk bedong bayi, tutup kepala bayi, semua sudah disiapkan dan tertata rapi, seharusnya aku yang nyiapin, tapi dia malah lebih teliti dari aku, semua sudah disiapin dalam satu tas, katanya untuk persiapan nanti melahirkan biar kalau mau kerumah sakit tinggal bawa saja, aku menurut saja wong itu alasan yang sangat masuk akal kok.

Kamis sore beberapa kali istri bilang perutnya mulas karena kontraksi, namun tidak sering, hari itu dia pengen aku tidak kemana mana takut hari lahirnya maju, namun aku sih santai saja masih menganggap seminggu lagi hari lahirnya, tapi tetep saja aku dirumah nungguin istri, pada saat yang sama istri teman juga hamil tua, sekitar jam 20.00 iseng iseng sms teman apa bayinya dah lahir, eh ternyata sudah lahir juga teman ini sekantor juga dengan istri, yah dalam obrolan itu aku bilang istri lahiran sekitar seminggu lagi. Karena seharian tidak tidur sibuk menyiapkan perlengkapan dan kegiatan yang lain, jam 21.00 istri ngajak ditemenin tidur , baru limabelas menit perutnya kontraksi terus dan agak sering, tak tanya apa mau kedokter, maksudku sih nenangin tapi dijawab tidak, soalnya sama sama masih percaya HPL tidak akan maju, dan baru kemarin periksa ke dokternya.

Skitar jam 22.00 istri merasa ada sesuatu yang keluar dan dilihat dikamar mandi, begitu kluar dia bilang ada darah yang keluar, dan langsung minta diantar kerumah sakit, jadilah jam 22.00 kamis malam tanggal 25 November 2010 lsg saya antar istri ke rumah sakit, tidak lupa juga tas perlengkapan yang sebelumnya sudah disiapkan langsung dibawa, dalam kondisi ini sebenarnya saya sangat panik, namun jika saya tidak tenang semua akan memperburuk keadaan. Kebetulan jarak rumah sakit lumayan dekat dari rumah, dengan naik motor saya antar istri ke rumah sakit. Begitu sampai di rumah sakit istri langsung saya serahkan ke bidan jaga untuk segera ditangani, dan saya langsung mengurus administrasi pendaftaran. Hal ini perlu dilakukan untuk mempercepat proses penanganan.

sekitar satu jam kemudian istri saya keluar dari ruang pemeriksaan, bidannya bilang kesaya untuk rawat inap, dikatakan ke saya sudah bukaan satu, kemungkinan 5-6 jam baru lahiran, wah disitu saya langsung merasa panik sebenarnya, mungkin karena melihat istri kesakitan saat kontraksi. menunggu saat istri akan melahirkan ini adalah sesuatu yang sangat menegangkan, ketika kontraksi istri kesakitan rasanya seluruh badan ini juga merasa sakit, ingin menolong tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ketika mertua datang untuk ikut menjaga, istri saya yang dalam keadaan seperti itu masih saja memikirkan saya, dia menyuruh saya pulang untuk istirahat, katanya takut saya sakit nanti, karena memang kami dari siang belum sempat tidur. Yah Suami mana coba yang tega meninggalkan istrinya kesakitan mau melahirkan sementara dia bisa tidur nyenyak dirumah, aku tidak akan begitu. Dari situ kuketahui ternyata istriku sangat mencintaiku, saat dirinya butuh perhatian ternyata dia masih sempat-sempatnya memikirkan keadaanku.

Jam 3 dini hari terjadi kontraksi hebat, dan ada pendarahan, saya segera memanggil bidan jaga bagaimana penanganannya, bidan segera sigap meminta istri segera dipindahkan keruang bersalin. Sebenarnya saya ingin menemani istri diruang itu, namun bidan melarangnya, katanya biar dokter dan bidan saja yang menangani. Saat seperti itu sebenarnya saat yang paling menyiksa perasaan, beraneka macam pikiran berkecamuk, berebut silih berganti memasuki benak pikiran. Doa tak henti hentinya kupanjatkan pada ALLAH untuk keselamatan proses kelahiran istriku dan anak ku lahir dengan selamat dan normal,  Lutut terasa lemas dada bergetar, berjalan kian kemari seperti setrikaan pun kulakukan, duduk hanya sebentar berdiri, duduk dan berjalan silih berganti. orang yang melihat pasti pusing dengan ulahku, tapi aku tak perduli, aku hanya berharap keaadaan ini cepat berlalu dengan harapan istri dan anakku selamat.

Azan subuh tiba-tiba berkumandang, karena ada mertua yang juga menunggu didepan ruang bersalin, maka langsung kulangkahkan kaki ke mushola rumah sakit, kuambil air wudhu. dan segera kutunakian kewajiban sholat subuh. Mungkin hari itu adalah sholat paling khusuk yang aku lakukan, iklas, kutartilkan bacaan dari rakaat awal sampai akhir. tanpa terasa air mataku mengalir, selesai sholat kupanjatkan doa dengan penuh kekhusukan, sangat berserah kepada Allah, memohon keselamatan dan kelancaran proses kelahiran istriku, pokoknya kumohonkan kepada Allah semua berakhir dengan selamat.

Selesai dari sholat saya langsung kembali kedepan ruang bersalin, mertua masih didepan ruang bersalin berarti istri masih belum selesai bersalin. Dari luar ruangan aku mendengar istri berteliak kesakitan, wah hatiku langsung merasa semakin panik saja, namun tak begitu lama mungkin sekitar 10 menit didepan ruangan bersalin tepatnya pukul 04.18 hari jumat 26 November 2010, aku mendengar tangisan bayi, yah tangisan anakku, saat itu rasanya ingin segera kuterobos barikade pertahanan ruang bersalin, ingin kulihat keadaan bayi dan istriku, namun hal itu tidak bisa, rasa senang panik dan penasaran menyelimuti diriku, suara bayi terdengar, berarti proses persalinan selesai, namun bagaimana keadaan istriku? kok tidak kudengar suaranya? rasa bahagia sesaat tertutup denga perasaan was-was menanti kabar keadaan istriku.

Beberapa saat kemudian bidan keluar dari ruang bersalin, menemuiku dan mengucapkan selamat, istri dan anak selamat, perasaan lega dan gembira langsung menyelimutiku, namun aku belum boleh menemui istriku karena sedang dirawat oleh dokter katanya, yah tidak apa apalah, yang penting istri selamat dan anakku juga. kemudian aku keruang perawatan bayi untuk melihat bayiku, disana aku ditunjukkan bayiku yang sedang dibersihkan dan dibedong oleh suster, baru ku sadari, ternyata anak pertamaku laki-laki, Alhamdulillah.

Pengalaman menunggu istri melahirkan adalah sesuatu yang sangat mendebarkan, disana ada proses persiapan sebelum melahirkan, menjaga istri saat akan melahirkan, mengantarkan ke rumah sakit, serta terus berdoa kepada Allah untuk keselamatan istri dan anak. Perasaan bahagia akan hadir ketika semua berjalan dengan baik sesuai rencana. Serasa mendapatkan kemenangan melalui proses yang panjang. Tidak ada juara tanpa proses dalam pertandingan, tiada asa tanpa kita melakukan tindakan nyata. Semua terbayar dengan kelahiran bayi dengan selamat dan istriku kembali sehat. terimakasih ya Allah atas nikmat yang engkau berikan ini.

Terimakasih ya Allah engkau kabulkan doaku waktu itu, akan kujaga amanah ini dengan sebaik baiknya. Jadikan keluargaku sakinah, dan anak-anakku sholeh dan saleha.
Amin.


1 komentar: