Jumat, 04 Juli 2014

Pohon Belimbing Depan Rumah

Tadi pagi kira kira jam 10.00 wib, tiba tiba suara handphone berbunyi, bukan nada panggilan akan tetapi nada sort message service (SMS). Begitu tak lihat ternyata ada sms dari bapak, buru buru aku membukanya siapa tau ada pesan penting  untukku. Begitu tak buka jebreeeett... ternyata eh ternyata, pesan dari bapak berisi photo ibu sedang pamer buah belimbing, yah hari ini bapak panen belimbing, sementara aku masih dijakarta tidak bisa ikut memanennya. Panennya tidak di kebun, hanya diteras depan rumah, memang depan teras ada tanaman belimbing, yang ditanam dari biji, dan sekarang sudah memberikan hasil buah yang bisa dinikmati keluarga, walau tidak banyak tapi cukuplah membuat senang yang menanam.

Pohon belimbing yang ditanam ini saya masih ingat berasal dari biji, jadi awalnya dulu ibu ikut wisata religi ke masjid Demak bersama kelompok pegajiannya, dan pulang dari piknik tersebut ibu membawa oleh-oleh buah belimbing, ya memang kabupaten Demak selain buah jambu air-nya yang terkenal juga penghasil buah blimbing. Blimbing Demak orang-orang sering menyebutnya, terkenal besar, manis, dan buahnya tebal, serta banyak air, seger sekali kalau memakannya. saya tidak tau persis apakah blimbing demak ini sebenarnya buah hibrida atau memang buah asli yang dikembangkan didemak. gak pentinglah, yang penting blimbingnya seger dan manis. asal labelnya blimbing demak image saya langsung membayangkan buah blimbing yang besar, kuning mulus, dan menggairahkan, seperti lagi-lagi mba reza lawang sewu #eh?.

Nah oleh-oleh yang dibawa ibu ini ketika saya makan secara iseng saya membuang biji belimbing ini di pot, atau mungkin tanpa sengaja bijinya terbuang di pot tanaman. saya tidak memikirkan lagi biji itu, wong buahnya sudah dimakan, dan bijinya dibuang. Tak taunya biji tersebut tumbuh, dan belum menarik perhatian juga, namun ketika pohonnya sudah agak tinggi mulailah pohon belimbing ini dianggap sebagai pengganggu tanaman yang ada dipot. Ibu saya ini hobinya menanam, di pot tersebut ada pohon jeruk purut yang bibitnya ibu beli dari pasar, karena dianggap mengganggu pohon jeruknya, lalu ibu berniat membuang pohon belimbing tadi, tapi saya cegah dan bilang, "ojo dibuang bu, tandur ngarep omah wae sopo ngerti urip gelem awoh" (jangan dibuang bu tanam depan rumah saja siapa tau hidup dan mau berbuah). eh saran saya kok disetujui, ditanamlah bohon belimbing kecil itu didepan rumah.

Dahulu sebelum pindah kerumah yang sekarang ditempati, masa kecil saya tinggal dirumah yang kecil, saya teringat sekali ketika itu paklik (om) saya membawakan dua buah bibit belimbing demak utuk ditanam. Padahal rumah bapak yang waktu itu sangat kecil, dan tidak memiliki halamannya, lha mau ditanam dimana itu pohon coba, tapi akhirnya bapak menanamnya ditepi jalan mepet dengan batas rumah bapak, lha waktu itu depan rumah langsung jalan kok hehe.. jalan kampung sih, nah bibit satunya dikasihkan ke tetangga, dimana bibit tersebut lebih subur dan lebih cepat berbuah dibandingkan yang ditanam bapak. Walau begitu, bapak tetap merawat pohon belimbing ini dengan sangat penuh perasaan, siapa tahu buahnya lezat walau ditanam alakadarnya katanya waktu itu.

Benar saja, Pohon belimbing yang ditanam bapak ketika dewasa buahnya sangat banyak, besar-besar dan manis khas buah belimbing demak, malah bibit yang satunya kalah manis, mungkin karena ditanam aja dan dicuekin hehe.. padahal kalah soal kesuburan dan berbuah duluan. Pohon belimbing depan rumah itu buat saya adalah hiburan saat kecil, dimana saat itu buah identik dengan orang kaya, keluarga kami malah memiliki pohonnya dan malah berbuah sangat banyak. tiap pulang sekolah kalu siang panas iseng naik manjat kepohon belimbing tersebut hanya sekedar mencari buah, walau belum matang namun rasanya segar. Dan itu merupakan kegembiraan yang tidak dimiliki teman sebaya saya, saya memiliki pohon belimbing sendiri hahaha...

Pernah suatu ketika, ketika duduk dibawah pohon belimbing ini, buahnya jatuh kena saya, karena buahnya busuk kematengan. jatuhnya pun tepat mengenai kepala saya, ya jelaslah.. kan kepala diatas kaki dibawah, pohonnya lebih tinggi dari saya (alah ko.. rasah dijelasne). ketika itu saya maki itu pohon, gak akan makan buahmu selama setahun, eh tau gak pemirsa?? pohon belimbing itu selama setahun saya berjanji tidak makan buahnya, dia malah berbuah sangat lebat dan tidak terkena hama, buahnya ranum dan besar-besar. Tapi karena saya pernah berucap maka saya pun tidak memakan buahnya selama setahun, walau nyesel sih hehe... selama setahun saya hanya menelan ludah menyaksikan buah yang ranum tanpa bisa memakannya, makanya jangan pernah nazar yang aneh aneh, dilarang itu.

Kisah pohon belimbing depan rumah yang ditanam bapak ini berakhir ketika ibu memutuskan untuk menebangnya, walaupun belakangan ku ketahui ibu menyesalinya, karena rumah menjadi panas dan matahari langsung menghajar dengan panasnya. Alasan menebang pohon belimbing itu adalah ibu sudah pindah rumah ke rumah yang sekarang, daun yang gugur jarang disapu dan mengotori jalanan, sungkan sama tetangga yang selalu menyapukan jalanan depan rumah karena rontokan daun belimbing tersebut. selain itu pohon yang sudah besar akarnya juga merusak pondasi rumah, maka dengan keputusannya ibu meminta tolong tetangga untuk menebang pohon belimbing tersebut.

Ibu memanen Belimbing
Mungkin karena penyesalan ibu dalam memerintahkan menebang pohon belimbing yang ditanam bapak tersebut itulah maka ketika saya mengusulkan pohon belimbing yang tumbuh dipot jeruk purutnya, maka ibu langsung menyetujuinya. Umur pohon belimbing yang didepan rumah sekarang usianya mungkin kurang lebih sudah 5 tahun. Sekarang pohon yang ditanam di depan rumah sudah tinggi, memberikan keteduhan, juga buahnya bisa dinikmati keluarga. rumah juga menjadi lebih sejuk lagi, karena pohon ini sangat rimbun daunnya, selain itu kami pun jarang untuk menyapu jatuhan daun yang rontok. Hal ini dikarenakan, Kebetulan rumah bapak ini di tepi sungai, jadi daunnya jatuh ke sungai, jadi lumayan lah sampah daunnya tidak begitu merepotkan.

Sekarang Pohon belimbing ini sudah memberikan manfaat bagi keluarga kami, setiap saat bisa dipanen buahnya. Rumah juga menjadi sejuk karenanya. dan juga mungkin akan memberikan kebanggaan bagi kami seperti pohon belimbing didepan rumah yang dahulu. Satu hal yang membuat saya senang adalah, keluarga kami sudah sedikit memberikan nafas pada bumi, haha.. coba kalau satu rumah memiliki satu pohon saja pasti udara disekitar kita akan lebih segar. Selain itu, jangan menyakiti pohon dengan cara mematahkan ranting seenaknya, memasang iklan dengan menancapkan paku dibatangnya. ketahuilah, pohon juga mahluk hidup, kalau kita merawatnya dengan benar, niscaya dia akan memberikan manfaat yang baik pula pada kita.

Buk.. Blimbinge ojo dientekne.. aku bagehi bu.. haha..

5 komentar:

  1. Mantaff ceritanya mas brow, btw emang akar belimbing ngerusak bangunan mas? Misalnya dinding& pondasi

    BalasHapus
  2. Aku juga jd pengin pulkamp karena dpn rumahku juga ada pohon blimbing tinggi.

    BalasHapus